Locator

 

grid-locator

Sejarah

Cara penilaian resmi kontes IARU Region I, juga kontes di sub-Region lain, didasarkan pada jarak antara 2 stasiun radio amatir yang melakukan komunikasi. Pada rapat UHF Working Group di Hague, Oktober 1959, diadopsilah suatu sistem kode yang dibuat Jerman untuk menentukan lokasi stasiun, dikenal sebagai QRA Locator. Sistem tersebut didasarkan atas 2 tahap pembagian bujur dan lintang geografis, dimulai dari bujur Greenwich dan posisi 40 derajat lintang utara.

Pada Konferensi Region I di Malmo, sistem tersebut dirapatkan dengan menambah pembagian tahap ketiga. Dengan demikian format akhir QRA Locator terdiri atas 5 kode karakter, yaitu 2 huruf besar, diikuti dengan 2 digit angka dan 1 huruf kecil, contohnya CM72j.

Ketika amatir radio di luar Region I, khususnya Region III Amerika Utara tertarik untuk menggunakan sistem ini, mereka menemukan bahwa ternyata pengkodean menurut sistem ini terulang-ulang beberapa kali sepanjang bola dunia. Disimpulkan bahwa sistem ini tidak baik untuk pertukaran informasi QTH pada area yang luas seperti misalnya dalam kontak EME (Earth Moon Earth). Hal lain yang ditemukan adalah bahwa sistem ini sangat tidak konsisten dalam menetapkan subdivisi, khususnya penentuan karakter kelima. Karena alasan tersebut, dalam Rapat IARU Region I VHF Working Group di Amsterdam tahun 1976, SM5AGM, mengusulkan untuk mulai mendiskusikan Locator yang lebih baik dan dapat digunakan di seluruh dunia.

Dalam konferensi Region I di Miskolc-Tapolca tahun 1978, disetujui bahwa Region I akan berkonsultasi dengan dua Region yang lain. Dalam tukar-menukar proposal sistem antar Region, diajukan 20 sistem yang berbeda beserta variasinya yang akan ditinjau lebih lanjut. Pada rapat VHF Working Group di Maidenhead tahun 1980 akhirnya dipilih dan disepakati sistem terbaik yang dibuat oleh John Morris, G4ANB, dengan modifikasi pada penentuan titik awal garis sub-divisi tahap satu. Atas usaha Folke Rasvall, SM5AGM, dibantu Fred Johnson, ZL2AMJ, dari Region III dan John F. Lindholm, W1XX, dari Region II, sistem ini dapat disepakati seluruh Region. Sistem ini disebut dengan Maidenhaed Locator atau lebih dikenal dengan Locator saja.

Region II menggunakannya sejak 1982 sementara Region III sejak 1983. Dalam Konferensi IARU Region I di Cefalu tahun 1984, ditetapkan Region I mulai menggunakannya sejak tanggal 1 Januari 1986.

Keterangan

Locator adalah sistem grid untuk menunjukkan lokasi stasiun dengan menggunakan 6 karakter kode, yaitu 2 huruf besar, diikuti dengan 2 digit angka dan 2 huruf besar, contohnya OI33RN.

Sistem tersebut disusun sebagai berikut:

  • Bola dunia dibagi dalam 18×18 bidang, masing-masing selebar 20 derajat bujur dan 10 derajat lintang. Kode terdiri atas huruf besar A sampai dengan R, karakter pertama menunjukkan posisi bujur bidang, karakter kedua menunjukkan posisi lintang bidang;
  • Setiap bidang dibagi dalam 10×10 kotak, masing-masing selebar 2 derajat bujur dan 1 derajat lintang. Kode terdiri atas angka 0 sampai dengan 9. Karakter ketiga menunjukkan posisi bujur kotak, karakter keempat posisi lintang kotak;
  • Terakhir, setiap kotak dibagi dalam 24×24 subkotak, masing-masing selebar 5 menit bujur dan 2,5 menit lintang. Kode terdiri atas huruf besar A sampai dengan X, karakter kelima menunjukkan posisi bujur subkotak, karakter keenam posisi lintang subkotak;
  • Pembagian selalu dari barat ke timur dan dari selatan ke utara, dimulai dari 180 derajat bujur barat dan 90 derajat lintang selatan.

Dari uraian dapat disarikan:

  1. Posisi stasiun dalam bola dunia dikodekan dalam tiga tahap sistem grid, tahap pertama menunjukkan bidang, tahap penghalusan kedua menunjukkan kotak dan tahap ketiga penghalusan menunjukkan subkotak;
  2. Ketelitian pembacaan sampai menit geografis, untuk keperluan radio amatir dipandang sudah cukup;
  3. Kode bidang mencakup seluruh bola dunia, dengan demikian kode ini unik, tidak terulang-ulang. Kode kotak dan subkotak dapat sama untuk bidang yang berbeda. Meski pun demikian, posisi suatu stasiun dapat dikatakan unik, karena sekurang-kurangnya mempunyai bidang yang unik;
  4. Sistematik seperti ini memungkinkan membuat perangkat lunak untuk menentukan kode lokasi suatu stasiun dengan memasukkan koordinat stasiun, sekaligus menghitung jarak antar dua stasiun. Sebaliknya, bisa juga untuk menentukan koordinat stasiun bila telah diketahui kode lokasinya;
  5. Tingkat ketelitian penentuan ini ditentukan oleh ketelitian penentuan koordinat geografis suatu stasiun; Locator hanyalah aturan pengkodean saja. Penggunaan GPS untuk menentukan koordinat dengan cepat , tepat dan akurat akan sangat membantu

Cara menentukan Locator

Ada beberapa cara menentukan Locator, antara lain:

  1. Menggunakan perangkat lunak yang dapat dengan mudah kita download secara gratis pada beberapa situs web. Pengguna cukup memasukkan koordinat, biasanya koordinat stasiun kita dan stasiun rekan berkomunikasi, kemudian perangkat lunak akan memberitahu kode lokasi kita dan rekan, sekaligus jarak antara dua stasiun. Bisa juga kita masukkan data Locator, program akan memberikan koordinat (umumnya sampai menit, pada posisi tengah subkotak).
  2. Menghitung secara manual;
  3. Menentukan secara grafis di atas peta daerah tertentu.

Cara pertama cukup jelas, akan penulis jelaskan cara kedua dan ketiga.

Menentukan Locator secara manual.

Secara mudah:

  • Bujur stasiun ditunjukkan dengan karakter ke 1, 3 dan 5
  • Lintang stasiun ditunjukkan dengan karakter ke 2, 4 dan 6 Misal kita akan menentukan Locator stasiun yang terletak pada koordinat 107o28’28”E dan 6o25’15”S (koordinat Cikampek, yaitu QTH penulis) yang didapat secara grafis dari peta Jawa Barat berskala 1:400.000.

Kode Bujur:

– Karakter ke 1: O (107º East pada kolom O)

– Sisa nilai derajat = 107o – 100º = 7º derajat

– Karakter ke 3: 3 (7 derajat East pada kolom 3)

– Sisa nilai menit = 7o28’28”– 6º = 1º28’28” = 88’28”

– karakter ke 5: R (88’ East pada kolom R)

Kode Lintang:

– karakter ke 2: I (6o South pada kolom I)

– Sisa nilai derajat = 6º25’– 0o = 6º derajat 25’

– Karakter ke 4: 3 (6º25’ South pada kolom 3 karena

lebih beberapa menit)

– Sisa nilai menit = 6º25’15” – 0o = 25’15”

– Karakter ke 6: N (25’ lebih 15” pada kolom N)

Jadi Locator Cikampek adalah OI33RN.

Ternyata, menentukan Locator itu mudah sekali, bukan? 🙂

Menentukan Locator secara grafis

Secara grafis, penulis menggunakan peta Jawa Barat yang diterbitkan CV. Indo Buwana, edisi 2001-2002, berskala 1:400.000 (dibeli di Gramedia pada Desembar 2001 seharga Rp. 12.500,-). Ukuran peta cukup besar dan bagus untuk dipajang pada dinding ruang komunikasi. Dengan menggunakan pensil, buat grid membagi kotak dan subkotak dengan cara menginterpolarisasi bujur dan lintang grafis. Selanjutnya, dicantumkan kode kotak yang relevan langsung di tengah-tengah kotak kotak; untuk Jawa Barat adalah OI32, OI33, OI34, OI42 dan OI43 (seluruh kode bidang Jawa Barat adalah OI). Pada tepi peta, cantumkan kodesub kotak A sampai dengan X baik pada bujur mau pun lintang.

Untuk menentukan Locator suatu kota, kita tinggal membaca kode kotak dan subkotak, misalnya Karawang (adalah ORARI Lokal penulis) OI33PQ, Subang OI33VJ, Purwakarta OI33RK, Sumedang OI33WC, Bekasi OI33MR, Depok OI33JO, Tasikmalaya OI42CP dan seterusnya (beberapa kota langsung penulis cantumkan Locator dekat posisi kotanya). Peta menjadi hiasan dinding yang menyemarakkan ruang operator yang sudah “pa’ ting blengkrah” oleh potongan alumunium. Peta dapat diselesaikan dalam 2 jam kerja, dari mulai menggaris grid dan menempel cetakan kode-kodenya. Penulis senang menunjukkan pada rekan yang berkunjung (hampir semua belum tahu apa itu Locator dan cara menentukannya, padahal beberapa kontes di HF mengisyaratkan tukar-menukar Locator).

Sekali lagi, ketelitian dan kebenaran peta untuk menentukan koordinat menjadi hal penting. Gunakanlah peta yang dikeluarkan lembaga berotoritas dengan skala sebesarbesarnya. Lakukan interpolarisasi dengan teliti saat membaca penggaris. Jangan lupa, selalu gunakan penggaris yang baik. Bila grid jatuh tepat pada tanda kota, tidak usah bingung, tentukan saja mana yang “sreg”, peta yang penulis buat untuk Jawa Barat hampir tidak menemukan kasus ini. Bila satu rekan berbeda sedikit dengan rekan lain untuk menetapkan Locator kota yang sama juga tidak usah pusing, beda di karakter 5 atau 6 tidak terlalu besar.

Sumber : Buletin Elektronis Orari-News Tahun 2/12 (Oleh : Sudarmanta T. Widada, YD1UCN)

 

Pos ini dipublikasikan di DIBUANG SAYANG. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar